Jalan Menuju Allah Melalui Metode Tasawuf
CARA MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH MELALUI METODE TASAWUF
Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan hidup yang hakiki bagi manusia menurut syari’at Islam adalah tidak hanya berorientasi pada masalah dunia saja, akan tetapi jauh melebihi dari itu semua. Islam memformulasikan kehidupan bagi umatnya, agar selain di dunia dapat hidup bahagia, esensi penting lainnya yaitu mempersiapkan kebahagian hakiki di akhirat nanti.
Dalam hal ini, seseorang pertama kalinyatelah dikenalkan mengenai hakikat kehidupannya, sebagaimana difirmankan Allah dalam Al- Qur’an Surah al-Bayyinah ayat 5 sebagai berikut:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan Zakat”
Berdasarkan ayat di atas, jelaslah bahwa hakikat dari kehidupan manusia tiada lain hanyalah untuk mengabdikan diri kepada Allah dengan cara menjalankan syariat Islam dalam semua lini kehidupan. Perlu diingat sobat blogger, bahwa mendekatkan diri kepada Tuhan tidak bisa hanya dari satu sisi saja (salat dan ibadah mahdhah lainnya), akan tetapi harus balance (antara vertikal dan horizontal). Dalam arti jika kita ingin dekat dengan Tuhan, selain harus melakukan kebaktian langsung kepada-Nya, kita pun dituntut untuk berbuat baik dengan sesama kita seperti menolong orang lain.
Orang yang dari segi ubudiyahnya baik; dalam arti ibadahnya rutin bahkan amalan sunahnya selaluy dijalankan. Akan tetapi perangainya jahat, ia sering menyakiti temannya, bicaranya senantiasa menyinggung orang lain, dan suka menggunjing dan membicarakan aib orang lain. Jika demikian halnya, bagaimana mungkin orang tersebut dapat dekat dengan Allah? padahal ayat di atas jelas mengajarkan keseimbangan antara ibadah mahdhah (vertikal) dan ghoiru mahdhah (horizontal).
Berkenaan dengan hal tersebut, Rasulullah saw. dalam sebuah hadis menjelaskan:
اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Orang muslim adalah orang yang tidak menyakiti orang muslim lainnya; baik dengan mulut yang berupa memaki, membentak dan lain sebagainya. Ataupun juga dengan tangannya seperti memukul.
Selain hal di atas, orang yang dekat dengan Tuhannya, niscaya ia akan senantiasa menjaga keseimbangan jasmani dan rohani, material spiritual, atau yang lebih luas sama dengan dunia dan akhirat. Upaya tersebut akan berhasil manakala ia mampu membawa diri mendekatkan diri dengan Ilahi Rabbi dan mampu pula adaptasi dengan lingkungan dunia yang ia jalani. Allah berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah di anugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi.” (Q.S. Al-Qoshosh ayat: 77)
Ketika kita kelah menjalankan ketentuan agama dengan sebaik mungkin, maka tiba saatnya kita menata diri. Dalam hal ini seseorang dapat melakukan upaya pendekatan diri dengan Tuhan melalui metode tasawuf, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Tahap Takhalli (pembersihan diri dari sifat tercela)
Tahap takhalli, merupakan tahapan dasar yang dirasa paling berat. Seseorang yang berkomitmen ingin mendekatkan diri dengan Allah, maka ia dituntut untuk dapat mengalahkan semua hawa nafsunya. Hal tersebut dikarenakan, nafsu merupakan seseutu yang prosentase besarnya justru dapat menjauhkan diri dari Allah. Hal tersebut sebagaimana dalam firman Allah:
إن ألنفس لأمارة بالسوء
Oleh karena itu, dalam tahap awal ini seseorang harus dapat menghindarkan dirinya dari segala bentk maksiat seperti menyakiti orang lain, dan menjauhi sifat-sifat negetif lainnya.
Tahap Tahalli (melakukan amaliyah kebaikan)
Tahapan ini dapat ditempuh dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang suci, dimana seseorang sudah mulai. Dalam tahapan ini hati seserrang yang sudah kosong dari dosa selanjutnya diisi dengan amal-amal kebaikan, seperti shalat puasa dan lain sebagainya. Dalam tahapan ini, seseorang dapat menempuhnya diantaranya dengan melakukan amaliah agama seperti:
1. Shalat
Secara naluti, shalat merupakan hubungan yang sangat luar biasa antara manusia dengan Tuhannya. Dalam shalat, manusia tidak pandang bulu dituntut untuk berdiri khusuk dan tunduk kepada Allah, Tuhan pencipta alam semesta. Keadaan semacam ini akan membekalinya dengan suatu tenaga rohani yang menimbulkan perasaan tenang, jiwa yang damai dan hati yang tentram. Disamping menyeru Tuhan, juga menemukan harapan-harapan dan ketakutan-ketakutan kita, dengan memunculkan diri yang paling dalam menuju diri kita sendiri.
Ketika shalat dapat dijalankan dengan khusuk, maka seluruh fikiran akan tenang dan terlepas dari segala urusan dunia yang membuat jiwa seseorang menjadi gelisah. Setelah menjalankan shalat, maka seseorang akan senantiasa dalam keadaan tenang sehingga secara bertahap kegelisahan itu akan mereda dan menghilang. Sehingga dengan langkah demikian seseorang lebih merasa dekat dengan Allah.
2. Puasa
Puasa merupakan bentuk konsekuensi hamba dengan Tuhannya. Dengannya ia berkomitmen menahan diri dari makan, minum dan berhubungan suami istri mulai terbit fajar hingga terbenam matahari (magrib), karena mencari ridha Illahi. Disini keimananlah yang mendorong untuk berpuasa, sehingga ia mampu menjalankan seperti apa yang di perintahkan Allah.
Puasa sebagai salah satu inti dari ajaran Islam, telah mendorong umatnya bersifat hidup lebih disiplin dan bijaksana. Dengan demikian maka upaya mendekatkan diri dengan Tuhan semakin dekat untuk dicapai.
3. Dzikir
Dzikir merupakan suatu aktivitas, dimana seseorang mengingat Allah dengan menyebut asma-asma yang pujian dan dapat pula memohon ampunan. Al-Qur’an memberikan petunjuk kepada umatnya bahwa dzikir itu bukan hanya dilakukan dengan mengekspresikan daya ingatan yang ditampilkan dengan komat-kamit lidah sambil duduk merenung saja, tetapi lebih dari itu, dzikir bersifat implementatif dalam berbagai variasi yang aktif dan kreatif. Dengan dzikir yang rutin maka tiada waktu yang terlewatkan dalam keseharian seseorang sehingga ia akan lebih dekat dengan Allah.
Dalam Al-Qur’an disebutkan:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Dengan mengingat Allah, hati orang-orang yang beriman menjadi tenang. Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang”
Tahap Tajalli (Buah Dari Ikhtiar Pendekatan Diri yaitu depan Melihat Kebesaran Allah)
Dalam tahapan ini, orang sudah mulai merasakan kedekatannya dengan Tuhannya. Hasil ini merupakan konsekuensi dari perbuatan, ucapan, sikap, gerak-gerik, martabat dan status yang baru yang kesemuanya di atasnamakan untuk Allah. Jika dalam tahapan tahalli, seseorang dituntut untuk memfokuskan pada upaya memulai hubungan dengan manusia, maka dalam tahapan tajalli ia sudah lebih nyata dan jelas merasakan buah pendekatan diri yang dilakukannya. Dengan kata lain tajalli merupakan perasaan dimana seseorang benar-benar sudah merasa dekat dengan Allah, sehingga ia takjub akan kebesaran dan keagungannya.
Dari tahapan tahapan di atas insyaAllah kita akan lebih dekat dengan Tuhan kita, mendapatkan ridha rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin