Karakteristik Manusia Dalam Perspektif Islam
Karakteristik Manusia Dalam Perspektif Islam
Manusia memang diciptakan dengan kondisi serba “protes.” Saya nyatakan demikian karena pada dasarnya manusia jikalau dihadapkan pada sesuatu yang tidak menguntungkannya, maka ia akan bereaksi layaknya orang yang kebakaran jenggotnya. Ia berdalih dan mengeluarkan berbagai argumentasi atas nama rakyat, padahal apa yang ia usung sejatinya merupakan aspirasi indivudunya belaka saja. Rakyat ia jadikan dalih dan tameng guna memuluskan modusnya. Jika diprosentase mungkin kepentingan rakyat yang ia perjuangkan hanya sebesar 5 %, sedangkan selebihnya adalah murni untuk kepentingannya sendiri. Naudzu billah
Sobat blogger yang seakidah, Allah sebenarnya telah menggambarkan karakteristik manusia dengan sesuatu yang “Serba Ngewohke” (Red. Jawa). Bagaimana tidak ketika ia diberi kelapangan, kekayaan dan dalam kondisi yang berpunya pelitnya minta ampun. Sedekah saja ia itung-itung padahal ia dalam kondisi yang berlimpahan materi. Akan tetapi giliran ia diberi cobaan oleh Allah, ia resah, gundah dan tidak menerima cobaan yang diujikan oleh Allah beginga. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai berikut:
إِن الإنسان خلق هلوعا، اذا مسه الخير منوعا واذا مسه الشر جزوعا الا المصلين، الذين هم فى صلاتهم دائمون
Dari ayat di atas jelaskan sobat, jikalau karakter manusia pada dasarnya adalah serakan, kikir, suka mengeluh dan suka berontak. Akan tetapi terdapat pengecualian yaitu bagi orang yang sholat, yang mana ia tekan dan kontinyu dalam melaksanakannya. Hal tersebut tiada lain karena orang sholat yang dikerjakan oleh seseorang akan dapat menjaga orang tersebut terjerumus dari tindak laku yang dihina dan dilarang oleh agama. (baca. Innassholata tanha... dst)
Menilik sifat manusia yang selalu membantah, ia jarang menerima kebenaran sekalipun kebenaran tersebut telah nyata berada di depannya. Rasulullah menggambar karakteristik negatif manusia tersebut seperti perumpamaan air hujan. Sobat blogger, kalian tahu nggak hujan itu turunnya ginama, jelas kan??? Nahwa ia akan turun ke bawah , ia turun menggenangi dan membasahi permukaan bumi ayang ada di bawahnya. Akan tetapi permukaan yang terguyur oleh air hujan tersebut adakalanya yang dapat menyimpan air hujan tersebut dengan baik, sehinnga ia dapat menyimpan air sebagai cadangan hidup, ia juga dapat menumbuhka tumbuhan yang ada di atasnya, karena ia menjadi tanah yang subur.
Di sisi lain, ada pula tanah yang hanya terguyur oleh hujan akan tetapi manakala hujannya telah mereda ia kembali kering. Ia tidak bisa memanfaatkan tetesan air hujan yang menggenangi permukaannya. Kiranya demikian perumpaman karakteristik manusia. Ada yang mau menerima nasihat kebaikan orang lain melakui ajaran agama yang disampaikannya, namun ada pula orang yang ikut pengajian mungkin dapat dikatakan intensitasnya tinngi dalam mengikutinya aka tetapi setelah ia keluar dari majelis pengajian tersebut ia kembali menjadi orang yang asing dan tidak mau mengamalkan ajaran Islam yang ia dengan melaluui telinganya tersebut.
Dalam hal ini karakteristik pribadi manusia tercermin dalam hadis Rasulullah saw, sebagai berikut:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ قَالَ إِسْحَاقُ وَكَانَ مِنْهَا طَائِفَةٌ قَيَّلَتْ الْمَاءَ قَاعٌ يَعْلُوهُ الْمَاءُ وَالصَّفْصَفُ الْمُسْتَوِي مِنْ الْأَرْضِ
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al 'Ala` berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Usamah dari Buraid bin Abdullah dari Abu Burdah dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan membawanya adalah seperti hujan yang lebat yang turun mengenai tanah. Diantara tanah itu ada jenis yang dapat menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan di antaranya ada tanah yang keras lalu menahan air (tergenang) sehingga dapat diminum oleh manusia, memberi minum hewan ternak dan untuk menyiram tanaman. Dan yang lain ada permukaan tanah yang berbentuk lembah yang tidak dapat menahan air dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman. Perumpamaan itu adalah seperti orang yang faham agama Allah dan dapat memanfa'atkan apa yang aku diutus dengannya, dia mempelajarinya dan mengajarkannya, dan juga perumpamaan orang yang tidak dapat mengangkat derajat dan tidak menerima hidayah Allah dengan apa yang aku diutus dengannya". Berkata Abu Abdullah; Ishaq berkata: "Dan diantara jenis tanah itu ada yang berbentuk lembah yang dapat menampung air hingga penuh dan diantaranya ada padang sahara yang datar". (dikutip dari Shahih Bukhari, hadis No. 77)
Bersambung insya Allah,...