Keutamaan Mendalami Ilmu Agama
Keutamaan Mendalami Ilmu Agama
Segala puji bagi Alloh Robb semesta alam. Sholawat dan salam, semoga senantiasa terlimpahkan kepada nabi kita, Muhammad صلى الله عليه وسلم, penutup para nabi, juga kepada sanak keluarga, dan para sahabat beliau, serta kepada siapa pun yang mengikuti jalan hidup mereka dengan sebaik-baiknya, hingga hari Pembalasan.
Selanjutnya, mendalami agama Islam merupakan salah satu amalan utama sekaligus symbol kebajikan. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Siapa pun yang Alloh kehendaki kebaikan padanya, niscaya Alloh menjadikannya faham terhadap perkara agama ini.” (HR. Muttafaqun’alaih)
Hal ini dikarenakan memahami ilmu agama dapat menghasilkan ilmu yang bermanfaat yang menjadi dasar dari amal sholih.
Alloh سبحانه وتعالى berfirman:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ…
“Dialah (Alloh) yang telah mengutus RosulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar…” (QS. Al-Fath: 28)
Petunjuk di sini artinya adalah ilmu yang bermanfaat, dan agama yang benar artinya adalah amal sholih. Alloh سبحانه وتعالى memerintahkan NabiNya untuk memohon tambahan ilmu. Alloh سبحانه وتعالى berfirman:
...وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“… Dan katakanlah: “Wahai Robbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS: Thoohaa: 114)
Al Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan firman Alloh, “Wahai Robbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan,’ mengindikasikan secara jelas tentang keutamaan ilmu. Karena hanya dalam masalah ilmu saja, Alloh سبحانه وتعالى memerinyahkan NabiNya saw, agar selalu meminta tambahan.
Nabi صلى الله عليه وسلم bahkan menyebut majelis-majelis tempat di mana orang menimba ilmu yang bermanfaat sebagai ‘Taman Surga’. Beliau juga pernah menjelaskan bahwa para ulama adalah pewaris-pewaris para Nabi.
Tidak diragukan lagi, bahwa sebelum seseorang memulai pekerjaan apapun, ia harus mengetahui cara melaksanakan pekerjaan itu secara benar, sehingga pekerjaan itu pun menjadi benar, sekaligus mencapai target yang diharapkan darinnya. Maka, bagaimana mungkin seseorang berani melakukan ibadah –di mana keselamatan dirinya dari siksa Neraka dan masuknya dirinya ke dalam Surga tergantung padanya- tanpa didasari oleh ilmu ?! dan dari sinilah, umat manusia dalam soal ilmu dan amal, terbagi menjadi tiga golongan:
1. Mereka yang memadukan antara ilmu yang benar dengan amal sholih. Mereka adalah orang-orang yang memperoleh hidayah dari Alloh, menuju jalan hidup orang-orang yang Alloh karuniai nikmat, dari kalangan para Nabi, orang-orang shiddiq, para syahid dan orang-orang sholih. Sungguh, mereka adalah teman seiring yang terbaik.
2. Golongan yang mempelajari ilmu yang benar, namun tidak mengamalkannya. Mereka adalah golongan yang dimurkai oleh Alloh, dari kalangan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang sejalan dengan mereka.
3. Golongan yang beramal tanpa dasar ilmu. Mereka adalah golongan yang sesat, dari kalangan kaum Nashrani dan orang-orang yang sejalan dengan mereka.
Ketiga golongan ini sudah disebutkan eksistensinya dalam surat al-Fatihah yang senantiasa kita baca dalam setiap rokaat sholat kita:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
“Ya Alloh, tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi kenikmatan kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang termurkai, dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7)
Al-Imam asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab Rohimahulloh berkata, “Makna firman Alloh Ta’ala, “…dan bukan jalan orang-orang yang termurkai…,” Yang dimaksud dengan orang-orang termurkai, adalah para ulama yang tidak mengamalkan ilmunya. Sementara orang-orang yang sesat, adalah orang-orang yang beramal tanpa ilmu. Yang pertama sifat kaum Yahudi. Sedangkan yang kedua adalah sifat kaum Nashrani.
Banyak orang yang apabila membaca kitab tafsir dan mendapatkan bahwa yang dimaksud dengan kaum yang termurkai adalah kaum Yahudi, dan kaum yang sesat adalah kaum Nashrani, orang yanh tidak mengerti (di antara mereka) beranggapan, bahwa hal itu hanya berlaku khusus bagi kedua kaum itu saja. Padahal ia sendiri membaca dalam surat ini, bahwa Alloh mewajibkannya berdo’a dengan do’a ini dan memohon perlindungan kepadaNya dari jalan hidup orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut!!!
Subhaanallooh! Bagaimana mungkin Alloh سبحانه وتعالى mengajarkan do’a itu kepadanya, memilihkan untuknya dan mewajibkannya untuk senantiasa berdo’a dengannya, sementara ia tidak dalam kondisi diperingatkan dari hal itu? Ia tidak membayangkan bahwa persepsinya itu adalah sejenis persangkaan buruk terhadap Alloh.” Demikian, ungkap Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab.
Beliau menjelaskan kepada kita hikmah dari ditetapkannya surat yang agung ini –surat al-Fatihah- sebagai bacaan fardhu pada setiap rokaat sholat kita (baik sholat wajib maupun sholat sunnah). Karena surat ini mengandung berbagai rahasia besar, yang diantaranya adalah do’a yang agung ini, agar Alloh memberi taufiq kepada kita untuk dapat meniti jalan hidup para pemilik ilmu yang benar dan amal yang sholih, -di mana ia merupakan jalan keselamatan di dunia dan akhirat-, dan agar Alloh menjauhkan kita dari jalan hidup orang-orang yang binasa, yang melakukan amal sholih secara tidak proporsional, atau menyia-nyiakan ilmu yang benar.
Kemudian ketahuilah –wahai pembaca yang budiman-, bahwa ilmu yang benar, hanyalah ilmu yang bersumber dari Kitab Alloh dan Sunnah Rosululloh صلى الله عليه وسلم, yang dipahami dan direnungkan secara mendalam, dengan bantuan dari para pengajar yang tulus, kitab-kitab tafsir, kitab-kitab syarah (penjelasan) hadits, kitab-kitab fiqih, kitab-kitab nahwu (gramatika) dan kitab-kitab bahasa arab, yang merupakan bahasa al-Qur’an. Kitab-kitab itu dibutuhkan untuk memahami Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh صلى الله عليه وسلم.
Maka, sebagai muslim, agar amalan anda benar, anda harus mempelajari hal-hal yang dapat membuat agama anda lurus. Yaitu tentang sholat, puasa dan haji anda. Anda juga harus mempelajari hukum-hukum zakat harta anda, juga mempelajari hukum-hukum interaksional (mu’amalah) yang anda butuhkan. Agar dengan hal itu anda dapat melakukan apa yang Alloh halalkan bagi anda dan menghindari apa yang Alloh haramkan atas anda. Dengan demikian panghasilan anda menjadi halal, makanan anda juga menjadi halal, dan do’a anda pun menjadi mustajab.
Semua itu adalah hal-hal yang sangat mendesak untuk dipelajari. Hal itu akan mudah –atas seizin Alloh-, bila tekad anda bulat dan niat anda tulus. Hendaklah anda rajin membaca kitab-kitab bermutu dan berkomunikasi dengan para ulama, untuk bertanya kepada mereka tentang hal-hal masih rumit untuk anda pahami. Dan timbalah dari mereka (ilmu tentang) hukum-hukum dalam agama anda.
Kita juga perlu menyempatkan diri untuk menghadiri seminar-seminar dan ceramah-ceramah keagamaan yang diadakan di masjid-masjid atau di lokasi lain, mendengarkan program-program religi di radio, membaca majalah-majalah dan bulletin Islami yang memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah agama. Apabila anda rajin dan menekuni berbagai jendela kebajikan itu, maka pengetahuan anda akan meningkat, dan mata hati anda akan bersinar.
Jangan lupa wahai saudaraku, bahwa ilmu itu sendiri tumbuh dan berkembang bila disertai amalan. Jika anda mengamalkan ilmu yang telah anda ketahui, maka Alloh berkenan menambahkan ilmu kepada anda. Sebagaimana hal tersebut diungkapkan dalam sebuah kalimat bijak klasik:
“Barangsiapa mengamalkan apa yang telah ia ketahui, maka Alloh akan menganugerahinya ilmu terhadap apa yang tidak ia ketahui.”
Hal ini diperkuat oleh firman Alloh سبحانه وتعالى:
...وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“… Dan bertakwalah kepada Alloh, dan Alloh akan memberi ilmu kepada kalian. Sungguh Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqoroh: 282)
Ilmu adalah sesuatu yang paling pantas mendapatkan curahan waktu dan paling pantas untuk diperebutkan oleh orang-orang yang berakal. Karena hanya dengan ilmu, hati menjadi hidup, dan amal perbuatan menjadi bersih. Alloh, Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung NamaNya, telah member sanjungan kepada para ulama yang giat beramal, bahkan mengangkat harkat mereka dalam kitab suci. Alloh سبحانه وتعالى berfirman:
...قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
“… Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui.’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)
Alloh juga berfirman:
...يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“… Niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramudan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujaadilah: 11)
Alloh menjelaskan keistimewaan orang-orang yang dianugerahi ilmu, yang mengakui keimanan. Kemudian Alloh memberitahukan bahwa Dia Maha mengetahui apa yang kita kerjakan dan benar-benar memperhatikannya. Hal ini mengindikasikan bahwa ilmu dan amal harus benar-benar sejalan, dan bahwa semua itu harus bersumber dari iman dan sikap mawas diri terhadap (siksa) Alloh سبحانه وتعالى.
Demi menjalankan kewajiban saling tolong-menolong dalam kebajikan dan ketakwaan, kami hadirkan –dengan daya dan kekuatan Alloh- melalui lembaran-lembaran buku ini, beberapa pengetahuan terkait dengan disiplin ilmu fiqih yang telah disimpulkan oleh para ulama kita, dan dicatat dalam buku—buku mereka. Kami akan kerahkan apa yang dapat kami upayakan. Semoga dapat menjadi motivator bagi pembaca sekalian, untuk menambah ilmu dan meningkatkan perbendaharaan ilmiah yang bermanfaat.
Kami memohon kepada Alloh agar mendukung kita bersama dengan ilmu yang benar dan member taufiq kepada kita sehingga kita mampu melaksanakan amal sholih. Kami juga memohon kepada Alloh, agar memperlihatkan kebenaran secara jelas kepada kita, dan memberi kita kemapuan untuk dapat melaksanakannya. Dan memperlihatkan kepada kita kebatilan secara jelas, serta member kita kemampuan untuk dapat menghindarinya. Sesungguhnya, Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a.
Semoga bermanfaat...Mari Belajar Islam
Sumber: Kitab Al Mulakhkhosh Al Fiqhiyah