HATI-HATILAH DENGAN AMANAH

Allah subhanahu wata'ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah kepada pemiliknya.” (QS. an-Nisa [4]: 58)
Setiap orang memiliki amanah yang harus ia emban, dan setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Maka hendaknya kita berhati-hati dalam memegang amanah dan berusaha untuk menunaikannya semampunya dan sebaik-baiknya, sehingga semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita atas apa yang terluput darinya.
Karena dengan semakin banyaknya  amanah yang diemban, maka akan semakin banyak kemungkinan terjatuh kepada kedzaliman.

Mari kita bayangkan bagaimana jika hal berikut ini terjadi?!
Terus menerus amanah datang kepada seorang hamba, hingga sampai seratus amanah.
Ia pun menunaikan sembilan puluh sembilan amanah dan mendapat pahala yang banyak dari penunaiannya.
Namun ada satu amanah yang tidak ia tunaikan, hingga ia pun mendzalimi orang lain.
Sehingga satu amanah ini terus menerus membuat ia dituntut.
Hingga akhirnya pahala dari sembilan puluh sembilan amanahnya habis untuk memenuhi tuntutan satu amanah yang tidak ditunaikan itu.
Bahkan ia ditimpa dosa setelah habis pahalanya karena tuntutan yang belum selesai.
Sehingga jadilah dia orang yang bangkrut di hari Kiamat.
Akhirnya pun ia dilempar ke dalam neraka -na'udzubillah min dzalik-.
Maka bayangkanlah wahai saudara-saudariku bagaimana jika hal  ini terjadi?!
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيْهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا، فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ، مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لِأَخِيْهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa memiliki kezaliman terhadap saudaranya, maka mintalah untuk dihalalkan, karena sesungguhnya akan datang hari yang ketika itu tidak ada dinar maupun dirham, sebelum kebaikan-kebaikannya diambil untuk diberikan kepada saudaranya itu, manakala ia tidak lagi memiliki amal kebaikan, maka diambillah amal kejelekan saudaranya itu, lalu dipikulkan kepadanya.” (HR. Bukhari 6534)
Beliau  shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ.
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah yang tidak memiliki dirham dan tidak pula harta benda.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: “Orang yang bangkrut dari kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari Kiamat dengan membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun ternyata dia pernah mencaci orang, menuduh orang sembarangan, memakan harta orang (secara dzalim), menumpahkan darah, dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang yang pernah didzaliminya itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Hingga jika telah habis kebaikan-kebaikannya sebelum terselesaikan perkaranya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia pun dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim 2581)
Inilah hendaknya yang perlu dibayangkan oleh seseorang ketika memegang amanah dari manusia.
Maka bagaimana bisa seseorang justru malah meminta amanah tanpa memperhitungkan  resiko yang harus dihadapinya?!
Terlebih amanah kepemimpinan yang akan mengurusi banyak urusan manusia...
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda  kepada  Abdurrahman bin  Samurah  radhiyallahu 'anhu:
يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ، لَا تَسْأَلِ الإِمَارَة،َ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا، وَإِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا
"Wahai Abdurrahman, janganlah engkau meminta kepemimpinan, karena apabila engkau diberi kepempinan karena engkau memintanya, maka kepemimpinan tersebut akan dibebankan kepadamu (tidak ditolong Allah dalam mengembannya), namun jika engkau diberi kepemimpinan tanpa memintanya, maka engkau akan ditolong atas kepemimpinan tersebut." (HR. Bukhari 7146)
--------------

Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url