Mengenal Hakikat Zikir dan Tasawuf

 ZIKIR DAN TASAWUF


Secara etimologis dalam kamus besar bahasa Arab Indonesia hasil karya Ahmad Warson Munawir, dzikir berasal dari kata (ذ كر-  ذ كرا- تذكارا)  yang berarti menyebut, mengucapkan. Ia merupakan istilah yang sudah sangat populer dikalangan masyarakat Islam. Ia berarti menyebut, mengingat, atau menghadirkan sesuatu yang tersimpan di dalam pikiran. Zikir amar erat kaitanya dengan tasawuf, dimana orang yang tasawuf biasanya ia senantiasa melakukan pendekatan diri kepada sang encipta dalam segala aktifitasnya; terjaga atau tidak, lisan atau di dalam hati. Oleh karena itulah zikir merupakan tangga menuju tasawuf.

Orang yang mendekatkan diri dengan Allah dengan banyak mengingatnya, pastilah akan tertanam ketenangan jiwa di dalam hati. Dengan memuji Tuhan maka seseorang akan terlepas dari sesuau yang menghambakannya, sehingga ia merasa tiada sesuatu yang lebih dibandingkan pencipta alam semesta. Upaya tersebut diantaranya dapat ditempuh dengan cara memuji dan menyanjungan dengan sifat-sifat-Nya yang sempurna, yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian-Nya.

Zikir dan Tasawuf


Di dalam Al-Qur’an, zikir dapat diartikan dalam beberapa pengertian sebagai berikut:
  1. Mengingat nikmat Allah dengan menghadirkan Allah dalam kehidupan segala kita, dan menjalankan kewajiban kita sebagai hamba Allah.
  2. Mengingat Allah dengan menghadirkan-Nya dalam hati, disertai dengan ucapan lisan ataupun tidak.
  3. Allah mengingat hamba-Nya dengan memberikan balasan kebaikan kepada mereka dan mengangkat derajatnya.

Hal tersebut sebagaimana dalam firman Allah Surah al-Baqarah ayat 152:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ

“Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.    Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku”

Dalam melakukan pendekatan diri kepada Tuhan, hendaknya diamalkan secara rutin atau yang biasa disebut wirid. Hal semacam ini lazimya biasa disebut dengan ibadah mahdhah, atau suatu bentuk ketaatan yang langsung kepada Allah SWT. Pendekatan dengan jenis ini terikat dengan norma ibadah yang langsung kepada Allah, yang biasanya telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Artinya, ubudiyah tersebut tidak boleh dikarang-karang, tetapi harus sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh beliau SAW. seperti membaca tasbih (Subhanallah), membaca tahlil (La-ilahaillallahu), membaca tahmid (Alhamdulillah) dan lain sebagainya.

Menurut  Asep Usman, zikir dapat dikelompokkan ke dalam dau macam, yaitu zikir lisan (ucapan) dan zikir qalb (hati). Zikir lisan adalah zikir yang di ucapkan dengan lisan, baik dengan suara keras maupun pelan. Sedangkan zikir qalbu  disebut juga zikir tersembunyi, yaitu zikir yang tersembunyi di dalam hati, tanpa suara dan kata-kata. Zikir ini hanya memenuhi hati dengan kesadaran yang sangat dekat dengan Allah seirama dengan detak jantung serta mengikuti keluar masuknya nafas yang disertai dengan mengingat Allah SWT.

Zikir jali atau terang ialah aktivitas mengingat Allah SWT dengan ucapan lisan yang mengandung artian syukur, dan doa kepada Allah SWT yang lebih menampakkan suara yang jelas untuk menuntun gerak hati. Sedangkan zikir khafi adalah zikir yang dilakukan dengan khusyuk melalui ingatan hati, baik disertai dengan zikir lisan ataupun tidak. Orang yang sudah sampai level ini biasanya hatinya telah dipenuhi oleh ketenangan dan ketergantungan yang tinggi dengan Allah SWT. Ia akan selalu merasakan kehadiran Allah SWT dalam dirinya, kapan dan dimanapun ia berada.

Adapun zikir haqiqi merupakan tingkatan zikir yang paling tinggi, karena pelaksanaannya dilakukan dengan seluruh jiwa dan raga, lahir dan batin, kapan dan dimanapun. Sebagaimana hadis nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut:

عن ابى هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم: يقول الله عزّ وجل انا عند ظنّ عبدي بي وانا معه حين يذكروني ﻓﻲ نفسه ذﻛﺮﺗﻪ ﻓﻲنفسي وﺇن ذﻛﺮني في ملإ ذﻛﺮﺗﻪ في ملإ خير منهم وﺇن تقرب ﺇﻟﻰﱠشبرا تقربت ﺍﻟﻴﻪ ذراعا. وﺇن تقرب ﺇﻟﻰﱠ ذراعا تقربت ﺍﻟﻴﻪ باﻋﺎ وإن أتاني يمشي أتيته هرولة

“Dari Abu Hurairah ra. dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,  “Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman : “Aku menurut sangkaan hamba-Ku, Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat Aku dalam batinnya maka Aku mengingat dia dalam batin-Ku. Dan apabila dia mengingat Aku dalam keramaian maka Aku akan mengingatnya yang lebih baik dari itu. Apabila dia mendekati Aku sejengkal maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan maka akan Aku sambut dia dengan berlari-lari kecil." ( HR. Muslim).

Semua uraian tersebut di atas menunjukkan begitu pentingnya zikir dalam tasawuf. Ia merupakan pintu gerbang utama untuk mencapai derajat makrifat kepada Allah. Mengingat Allah adalah bentuk ketaatan yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Sehingga dengan itu semua manusia dapat mencapai derajat yang tinggi di harapan Sang Mahasuci Illahi Robbi.
Zikir dan Tasawuf


Ref.
  • Motinggo Busye & Quito R. Motinggo, Zikir Menyingkap Kesadaran Ruhani,Jakarta: PT. Mizan Publika, 2004
  • Abubakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, Solo: Ramadhani, 1996
  • Depag RI, Al-Qur’an Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1985
  • M. Solihin, Terapi Sufistik Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2004
  • Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url