Khutbah Jumat: Silaturahmi Halal Bihalal

MUKKADIMAH
 
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Yang Berbahagia
 
Puji dan syukur kita persembahkan kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya kemudian mengembalikannya kepada bentuk yang paling hina melainkan yang beriman dan beramal shaleh.

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta kepada sekalian sahabat dan keluarganya. Kemudian dari pada itu marilah kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT agar kita mendapat magfirah dan ridha-Nya.


Kaum Muslimin Sidang Jum'at Yang Berbahagia
 
Sesudah kita melaksanakan ibadah puasa yang berakhir dengan shalat idul fitri, maka bulan syawal  ini adalah sebagai  bulan silaturahmi dan berhalal bihalal, bermaaf-maafan dan kemudian tingkatkan ukhuwah Islamiah, bahkan ukhuwah wathaniah. Ukhuwah wathaniah adalah ukhuwah antar sesama sebangsa dan setanah air. 

Masalah silaturahmi atau halal bihalal dapat kita lihat gambarannya, dalam surat Al-Imran ayat 133-134:

"Dan syurga yang lebarnya sama dengan langit dan bumi yang dipersiapkan bagi orang-orang yang  bertaqwa yaitu orang-orang yang membelanjakan hartanya baik diwaktu lapang maupun sempit dan   orang-orang yang menahan amarahnya. Dan memaafkan kesalahan orang dan Allah mencintai  orang-orang yang berbuat kebajikan".
 
Bila kita perhatikan ayat ini, maka orang-orang yang bertaqwa itu ada empat cirinya :
  1. Membelanjakan hartanya dijalan Allah baik dalam keadaan lapang maupun sempit.
  2. Mampu menahan amarahnya atau dalam kalimat yang lain, dapat mengendalikan diri.
  3. Memberi maaf kepada orang lain.
  4. Berbuat amal saleh yang kongkrit.
Dalam kitab Durratun Nashihin ada disebutkan suatu riwayat tentang ayat ini. Salah seorang sahabat yang bemama Maimun Bin Mahran adalah seorang yang kaya. Pada suatu hari ia makan siang, ketika pembantunya membawa lauk yang berkuah dengan tidak disengaja lauk itu tertumpa mengenai bajunya, sehingga ia marah. Pembantunya menghafal ayat ini lalu berkata kepada tuannya: Dalam ayat AI-Quran Allah berfirman bahwa orang yang bertaqwa itu adalah orang yang dapat menahan amarahnya. Maimun lalu menjawab saya tidak marah. Pembantunya berkata lagi bahwa orang yang bertaqwa itu memaafkan kesalahan sesamanya manusia. Maimun menjawab bahwa saya telah memaafkan kamu. Dan pada akhirnya ayat tadi Allah berfirman : “Dan Allah SWT mencintai orang-orang yang  berbuat kebajikan”. Lalu Maimun berkata : saya sekarang memerdekakan kamu dan maimun memberikan modal usaha kepada pembantunya itu.

Bila kita perhatikan kisah ini banyak hikmah dan manfaat yang dapat kita ambil antara lain:

Bila ada saudara kita yang kelihatan akan berbuat kesalahan seperti marah, kita beri peringatan  dengan halus.  Dalam Al-Quran surat Az-Zaariyat ayat 55 Allah SWT berfirman :

"Dan tetaplah beri peringatan, karena peringatan itu bermanfaat kepada orang-orang yang beriman”.
 
Sukses yang dicapai oleh pembantu Maimun karena caranya yang sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran Surah An-Nahl ayat 125 : 

"Ajaklah manusia kejalan tuhanmu dengan hikmah dan dengan nasihat yang baik, dan berdialoglah  dengan cara yang sebaik­baiknya.”
 
Maimun bin Mahran adalah tokoh panutan dalam mengamalkan firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 2 : 

"Dan bertolong-tolonglah kamu bidang sosial dan taqwa, dan jangan bertolong-tolongan dalam dosa dan permusuhan".
 
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Yang Berbahagia
 
Memang sifat lembut dalam bergaul adalah sifat yang disenangi oleh manusia dan dicintai oleh Allah SWT. 

Dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Thabrani, beliau bersabda :

"Sesungguhnya yang paling dicintai oleh Allah yang Maha Mulia dan Agung adalah orang yang lembut dan melembutkan dan sesungguhnya orang yang paling dibenci oleh Allah yang  Maha Mulia dan Maha Agung adalah orang yang mondar-mandir mengadu domba dan mencerai beraikan diantara orang-orang yang bersaudara".
 
Nabi kita Muhammad SAW diperingati oleh Allah SWT, dalam surah Ali Imran ayat 159 dengan firman-Nya:

"Dan sekiranya engkau bersifat keras dan berhati kasar, maka manusia pasti manusia akan menjauhkan diri dari sekelilingmu".
 
Kesuksesan Nabi  kita  Muhammad  SAW  banyak  ditentukan oleh karena beliau itu bersifat lemah lembut dan mendamaikan sahabatnya yang berselisih. Prinsip dasar persaudaraan dalam Islam terdapat dalam AI-Hujurat Ayat 10 :

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara, maka damaikanlah diantara saudara-saudaramu. Dan takutlah kepada Allah, mudah-mudahan kamu dirahmati oleh Allah”.
 
Jadi dalam ayat ini ada perintah untuk mendamaikan saudara­saudara kita yang berselisih. Bila perintah, maka hukumnya wajib. 

Dalam usaha dan upaya mendamaikan orang berselisih, Rasulullah memberikan dispensasi untuk   berbahasa diplomasi, dalam sebuah Haditsnya yang diriwayatkan Oleh Bukhari Muslim, beliau bersabda :

"Bukanlah pembohong orang yang  mendamaikan diantara manusia, maka tumbuhlah kebaikan dan mereka berdamai, maksudnya saling bicara antar satu sama lain".
 
Jadi dalam Hadits ini kita diperbolehkan berbohong untuk mendamaikan teman-teman kita yang silaturahminya terganggu, maksudnya berbohong  disini  adalah bahasa  Si A yang berselisih dengan Si B, bahasa mereka kita perhalus, lalu kita sampaikan  secara timbal balik.

Kaum Muslimin Sidang Jum'at Yang Berbahagia

Dengan jalan demikian, kitapun telah melaksanakan perintah Rasulullah yang lain, sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:

"Dan menjadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT".

Pada akhirnya marilah kita sekalian dalam bulan Syawal ini bersilaturrahmi dan berhalal bil halal, saling menziarahi dan saling memaafkan, sehingga maghfirah dan Ridha Allah tercurah kepada kita sekalian, Amin Rabbal alamin.

PENUTUP

Oleh Drs. KH. Marwan Aidid
 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url