Kultum: Syukur Nikmat Datangkan Rahmat
MUKKADIMAH
Kepada yang terhormat para alim ulama, para pejabat pemerintah baik sipil maupun militer, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.
Mengawali pertemuan kita melalui mimbar kultum kali ini, pertamatama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan sarwa sekalian alam. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw yang telah menunjukkan kita pada jalan yang lurus, jalan yang menuju kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
Saudara, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan
Bersyukur menjadi sebuah kewajiban bagi kita, sebagai orang yang beriman. Karena tak ada barang sedetikpun dari hidup yang kita lalui terlepas dari nikmat Allah swt. Bukankah setiap saat, setiap menit, bahkan setiap detik, kita selalu memanfaatkan dan menikmati fasilitas serta anugerah Allah swt. Tanpa anugerah dan fasilitas dari Allah itu, dapatkah jantung kita berdetak, darah kita mengalir, mata kita melihat, telinga kita mendengar? Betapa besar anugerah dan nikmat Allah dari mulai yang terkecil sampai yang besar, dari yang terlihat mata maupun yang tak terlihat, yang hanya dapat dijangkau dan dijamah oleh rasa dan mata hati. Andai kita mencoba untuk menghitung anugerah dan nikmat Allah, tentu kita tidak akan mampu menghitungnya. "Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha penyayang." (QS. An-Nahl: 18).
Begitu besar dan banyaknya nikmat dan karunia Allah swt yang diberikan kepada kita, maka kita hanya dapat memuji syukur, mensucikan dan mengagungkan atas kemaha besaran dan kemaha murahan Allah swt memfungsikan kenikmatan itu menurut apa yang dikehendaki-Nya serta beribadah kepada-Nya.
Ungkapan rasa syukur menjadi begitu penting yang harus senantiasa ditumbuhkan dan dijaga dalam diri. Sebab dengan bersyukur, kita akan selalu ingat kepada yang memberi, serta untuk apa seharusnya kenikmatan itu digunakan. Sehingga kita tidak salah dalam menggunakan kenikmatan yang telah diberikan kepada kita. Yaitu menggunakan dan memfungsikan kenikmatan dan anugerahAllah swt itu pada misi kebaktian dan ketaatan sesuai dengan yang dikehendaki Allah, agar Ia ridha dan semakin menambahkan anugerah dan kenikmatan kepada kita.
Allah swt menegaskan dalam firman-Nya:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Ayat tersebut jelas-jelas menyatakan bahwa sungguh Allah akan menambah kenikmatan kepada orang yang mau mensyukuri nikmat Allah swt yang telag dianugerahkan kepadanya secara benar. Sungguh tak bermoral dan tak tahu diri, orang tidak mau bersyukur kepada Allah swt. Apalagi, sebagaimana telah kita ketahui bahwa sesungguhnya manfaat dari sikap bersyukur itu akan kembali kepada orang yang bersyukur itu sendiri dan sedikitpun Tuhan tidak akan mengambil keuntungan dan tidak pula mendapatkan kerugian dari sikap hamba-Nya, apakah dia bersyukur atau bahkan justru sebaliknya.
Oleh sebab itu, sebagai makhluk yang dha'if kita harus pandaipandai bersyukur dan mengabdi serta beribadah hanya kepada Allah swt, selalu memohon pertolongan kepada-Nya. Pengabdian dan penghambaan kita kepada-Nya harus dilaksanakan dengan ikhlas hanya karena Allah swt. semata. Allah swt berfirman: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan menunaikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus." (QS. Al Bayyinah: 5).
Dengan begitu, perasan syukur itu tumbuh secara dalam, yang selanjutnya akan merefleksi pada tingkat kematangan ritual dan prilaku sosial dalam realitas kehidupan sehari-hari.
Marilah kita terus menerus berusaha mensyukuri segala nikmat karunia Allah yang telah dicurahkan kepada kita dengan seoptimal mungkin. Kita gunakan umur, harta benda, kesehatan dan kemampuan tenaga serta ilmu yang kita miliki untuk berbakti kepada Allah, memberikan kemaslahatan dan kemanfaatan bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Bersyukur secara benar sesuai dengan fungsi dan tujuan nikmat itu diberikan, yaitu untuk ketaatan dan kebaktian kepada Allah, secara tegas Allah memberikan jaminan dengan memberikan tambahan anugerah dan kenikmatan yang lebih banyak dan kehidupa yang lebih baik, serta kelak memperoleh kebahagiaan di akhirat dan terhindar dari siksa neraka.
Saudara, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan
Demikianlah, kultum yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan kali ini, semoga kita benar-benar menjadi muslim yang pandai mensyukuri nikmat dan anugerah Allah swt sehingga Ia akan semakin menambah nikrnat dan anugerah-Nya kepada kita, amin. Akhirnya, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya.
lhdinas shirathal mustaqim, tsummas salamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuli.
Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz. MS. Ibnu Hasan